Pages

WELCOME TO MY BLOG

Senin, 15 November 2010

Nasi Kebuli Almira Bumbunya Nancep di Lidah.

Jakarta - Di mana sih Kampung Arab-nya Jakarta? Ternyata, luasnya Jakarta Raya ini membuat satu Kampung Arab saja tidak cukup. Di Jakarta Timur ada kawasan Cawang-Condet yang ramai dihuni kaum jamaah. Di Jakarta Pusat, mereka kebanyakan bermukim di sekitar Tanahabang. Tetapi, sejak lama pula ruas Jalan Raden Saleh di Jakarta Pusat merupakan "pusat" hunian kaum keturunan Arab. Bukankah Raden Saleh sendiri yang dulu mempunyai puri (mansion) di jalan itu adalah juga seorang ningrat dari kalangan ini?

Maka, tidaklah mengherankan bila di sepanjang jalan ini dapat dijumpai beberapa rumah makan dan restoran yang khusus menyajikan masakan Arab. Beberapa nama lama masih bertahan di sini, sekalipun sudah muncul pula restoran baru dengan dekor maupun eksterior yang lebih mewah dan modern.

Favorit saya di sini adalah Rumah Makan Almira. Ini gara-gara dulu saya pernah ditraktir Mas Harun Musawa yang ketika itu memang berkantor di dekat sana juga. Almira adalah sebuah rumah makan sederhana, tetapi dengan citarasa Arabia yang autentik. Saya bahkan pernah membungkus nasi briyani untuk oleh-oleh bagi almarhum Husein Mutahar - pencipta ode "Syukur" dan beberapa lagu nasional lain - yang juga dikenal sebagai seorang lekkerbek (epicurian, pedoyan makan). Seingat saya, komentarnya ketika itu adalah: "Kurang sedikiiiit. Harusnya pakai acar nanas, supaya lebih ng-Arab." Semoga Kak Mut bahagia bersama Allah di surga.

Nasi briyani-nya (Rp 35 ribu) memang istimewa. Sekalipun tidak memakai beras basmati (yang mahal karena harus di-impor), nasi kebuli Almira bumbunya nancep di lidah. Kekuatan Almira memang pada bumbunya yang intens. Kalau tidak salah observasi, rumah makan ini dimiliki oleh keturunan Arab dari Jawa Timur. Karena itu di sini juga ada sop kikil (Rp 35 ribu) yang khas Kampung Ampel - kampungnya kaum keturunan Arab di Surabaya.

Satu porsi nasi briyani disajikan dengan beberapa potong kambing goreng yang juga sangat gurih dan empuk. Kondimennya adalah sambal tomat-seledri dan acar timun-tomat yang bernuansa asam-manis. Top markotop!

Selain nasi briyani yang juara, juga ada nasi bukhari - juga sering disebut sebagai nasi khabsah - yaitu nasi yang dimasak dengan bumbu dan berbasis tomat. Nasi goreng kambingnya juga berkualitas di atas rata-rata nasgorkam favorit Jakarta lainnya. Favorit lain di antara kaum Arab yang menjadi pelanggan rumah makan ini adalah marakh alias sop kambing (Rp 35 ribu) yang dimakan dengan roti hobus.

Sate kambing dan kambing goreng Almira juga dapat diandalkan. Tidak doyan kambing? Rugi besar. Tetapi, oke-lah. Anda juga dapat memesan ayam goreng atau gado-gado di sini. Jangan lupa, minuman pendampingnya yang khas adalah kopi jahe.

Tidak hanya menjual makanan. Di halaman belakang yang menghadap ke Jalan Raden Saleh I, Almira juga menyediakan tempat yang nyaman dan teduh untuk mengisap pipa air (shisha) berbagai citarasa dan aroma. Juga ada sebuah toko kecil yang menjual berbagai suvenir dari Timur Tengah. Bila Anda suka madu Yaman - the best in the world - Anda dapat membeli di sini dengan harga Rp 250 ribu per botol. Saya suka almond disangrai sebentar, kemudian dikucuri sedikit madu Yaman.

Cikini di Gondangdia. Mampir sini, cicipi kebuli Almira
RM Almira
Jl. Raden Saleh 6B
Jakarta Pusat


* detikfood
lihat juga : tamani, sandwich, burger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar