Bangkok - Saya melihat beberapa sampul majalah berbahasa Inggris dipajang di sebuah kantor berita lokal.
Ada aktor Amerika James Franco di sampul depan. Di sampingnya ada seorang laki-laki berotot kekar yang sedang tersenyum pada sampul majalah binaraga. Di rak bagian bawah terdapat majalah dekorasi interior dengan Martha Stewart di bagian sampulnya. Sementara banyak seni desain interior memajang fitur seorang wanita muda bugil dengan tampilan penuh, judul sampul itu tertulis 'our cheekiest.'
Saya punya rasa tidak enak di mulut saya. Ini bukan karena cover majalah yang tanpa malu-malu memperlihatkan hal porno itu. Tapi karena saya baru saja meneguk cangkir pertama kopi espresso saya, dan rasanya seperti rokok.
Otak saya sekarang bercabang pada dua pemikiran.
Satu bagian bertanya-tanya tentang alasan editor majalah desain seni interior dibalik pemasangan sampul telanjang tadi, apakah hanya untuk penjualan atau hanya selera yang buruk.
Bagian lain dari otak saya, yang mana sedang kecanduan kafein, memikirkan kemungkinan bar espresso lokal, yang dulunya membuat kopi yang enak (sebuah hal yang langka ditemukan di Bangkok), kini telah menjatuhkan permainannya.
Dalam pencarian saya untuk minuman kopi yang enak di Bangkok, saya telah menemukan ada lebih dari 30 kedai kopi Starbucks yang bisa saya kunjungi. Dari tempat saya berdiri di kantor berita, saya tahu ada tiga kedai kopi Starbucks yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Masing-masing menyediakan minuman espresso terkenal seperti kopi jelly Frappuccino yang di blender dengan kopi, atau es kopi karamel jelly cafe latte.
Namun bahkan kopi tanpa banyak embel-embel, seperti latte atau cappuccino, di Starbucks harganya sekitar tiga kali lipat dari harga makan siang di warung jalanan dengan menu nasi, daging babi, sayuran hijau, disertai semangkuk kecil sup.
Sepertinya hal-hal itu membantu juga, jika produk yang anda jual membuat orang ketagihan. Selain itu, tempat anda menjual produk tersebut memiliki AC, dengan staf yang bisa berbagai bahasa.
Tapi kembali ke sisi jalan-jalan bising Bangkok yang dipanggil "sois" (diucapkan "soys"). Anda dapat menemukan pedagang gerobak lokal menjual es kopi hitam. Jika Anda mengabaikan risiko es yang berasal dari sumber air yang tidak diketahui, mungkin pilihan masuk akal yang bias diberikan oleh iklim kota ini.
Orang Thai menyebutnya minuman itu o-leang. Minuman itu berisi 40-50 persen sirup gula. Campuran dari air, es, kopi, dan anda dapat menambahkan susu kental manis, wijen, jagung keramel, atau kedelai sesuai dengan yang Anda inginkan.
Saya tidak yakin berapa lama o-Leang telah ada. Namun espresso telah ada di sini sejak 1822 ketika mesin sederhana pertama diciptakan oleh seorang Perancis dan kemudian disempurnakan oleh Italia.
memainkan peran sebagai minuman sosial. Penduduk lokal punya pepatah "bicara politik sambil minum kopi." Mengingat kisah yang sedang berlangsung dalam urusan politik Thailand, dengan gerakan baju merah, dan transaksi rahasia yang meragukan, sepertinya selalu ada untuk membahas lebih banyak dengan didampingi secangkir atau dua cangkir kopi, baik itu espresso, atau buatan lokal.
Sumber :lintasberita
Lihat juga :
The cafe
Coffee bean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar